Ujian TPQHM di Tahun 2025: Sebuah Doa dan Harapan Menyongsong Milad Ke-5

Tahun 2025 menjadi tahun yang penuh ujian bagi TPQHM. Di tengah semangat menyongsong milad yang kelima, kami diingatkan kembali bahwa jalan membina generasi pengaji tidak selalu lurus dan mudah. Ada bagian dari perjalanan ini yang menuntut kami untuk menahan rasa sakit dalam diam, bercermin pada ketulusan yang pernah ada, dan tetap menancapkan niat untuk terus berbuat baik meski ujian datang silih berganti.

Salah satu ujian itu datang dari mereka yang pernah menjadi bagian dari keluarga TPQHM: para santri yang dulunya mengaji di tempat ini, yang pernah kami sambut dengan tangan terbuka, yang pernah kami beri keringanan—karena kami memahami bahwa latar belakang mereka tidak selalu mudah. Ada yang datang dari keluarga yang rapuh, broken home, keadaan yang semestinya tidak menjadi penghalang untuk belajar karena justru itulah yang membuat mereka lebih kami sayangi. Kami memilih memudahkan. Kami gratiskan. Kami berharap, dengan kasih dan kesempatan, mereka bisa menemukan jalan kembali kepada Al-Qur’an, menjadi cahaya bagi diri dan keluarga mereka.

Namun, ujian itu berbentuk lain. Beberapa dari mereka memilih berhenti dengan cara yang kurang baik, seolah meninggalkan kenangan tanpa penjelasan, tanpa rasa terima kasih atas kesempatan yang pernah diberikan. Yang lebih menyayat, ketika mereka berada di sekitar masjid — tempat yang seharusnya menjadi ruang sakral bagi pengajian dan ketenangan — ada tingkah laku yang memperlihatkan ketidakpedulian terhadap keberlangsungan orang lain yang sedang berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Anak-anak yang sedang mengaji diganggu dengan permainan di depan masjid, seakan-akan ingin menarik perhatian dengan cara yang menjauhkan, mengaburkan niat baik, dan membuat suasana belajar terganggu.

Kami tidak ingin menuding dengan keras. Sebaliknya, kami memilih merenung bahwa mungkin ada luka, kekecewaan, atau kebingungan di balik perilaku tersebut. Kami tetap menyimpan harap bahwa Allah, Yang Maha Mengetahui kondisi hati manusia, akan membukakan pintu hidayah bagi mereka. Semoga kelak mereka menyadari bahwa tempat ngaji bukanlah musuh, bukan pula ruang yang pantas diperlakukan dengan dingin atau acuh. Semoga mereka menemukan kembali cinta kepada Al-Qur’an dan memilih untuk menjadi bagian dari kebaikan, bukan menjauh atau memperkeruh keadaan.

Kepada Allah kami bermohon: Ya Allah, berikanlah hidayah kepada mereka—para santri yang sempat melangkah pergi dengan luka atau kesalahpahaman. Jadikanlah mereka hamba yang kembali kepada-Mu dengan tulus, yang menata ulang niat, dan yang mampu menjadikan masa lalu sebagai pembelajaran bukan penghalang.

Ya Allah, jadikanlah TPQHM ini bukan hanya sekadar tempat belajar, tetapi madrasah hati; tempat yang dihormati, diteladani, dan menjadi teladan. Jauhkanlah dari kami sikap saling menjauh, kedengkian, dan luka yang berkepanjangan. Bukalah pintu-pintu kebaikan untuk seluruh santri, guru, wali santri, dan semua pihak yang mencintai perjuangan ini. Jadikanlah suasana pengajian menjadi damai, penuh kasih, serta menjadi ruang di mana Al-Qur’an hidup dalam setiap langkah.

Kami sadar, mendidik adalah tanggung jawab yang berkelanjutan. Ujian seperti ini tidak melemahkan kami; justru menguatkan niat kami untuk lebih sabar, lebih bijak, dan lebih mengedepankan kasih dalam menghadapi perbedaan. Milad kelima TPQHM bukan semata perayaan angka, tetapi pengingat bahwa kami masih dipercayakan untuk terus menyalakan lentera ilmu, walau angin ujian kadang berhembus kencang.

Semoga di tahun ini, dengan segala dinamika yang ada, TPQHM bangkit dengan wajah yang lebih teduh, dengan ikhtiar yang lebih matang, dan dengan doa yang tidak pernah putus. Kepada masyarakat, kami juga memohon agar tetap menjadi mitra, memeluk dan mendukung, bukan menjauh hanya karena satu dua goresan luka. Karena sesungguhnya, membangun generasi Quranic adalah pekerjaan bersama—bukan milik satu pihak semata.

Amiinn ya Rabbal ‘Alamin.