Sebuah Keputusan yang Berat: Refleksi atas Penghentian Beasiswa TPQHM Tahun 2025

Dengan memohon ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan penuh kesadaran atas tanggung jawab mendidik generasi, kami, keluarga besar TPQ Hidayatul Mubtadi’ien (TPQHM), ingin menyampaikan sebuah keputusan penting yang mulai berlaku di tahun 2025 ini: penghentian program beasiswa baru bagi santri yatim dan kurang mampu.

Kami sampaikan dengan segenap kerendahan hati, bahwa keputusan ini bukanlah sesuatu yang mudah. Sejak TPQHM didirikan, kami selalu berusaha membuka pintu selebar-lebarnya, khususnya bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Kami percaya, keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk mendekat kepada Al-Qur’an. Bahkan sebaliknya, justru merekalah yang semestinya mendapatkan perhatian lebih, agar tetap bisa mencicipi indahnya ilmu dan hidayah Allah.

Atas dasar itulah kami sejak awal memberikan beasiswa santri, baik yang berupa pembebasan biaya bulanan. Semuanya dilakukan dengan harapan akan tumbuh semangat dan ketekunan dalam diri para santri. Namun seiring berjalannya waktu, kami mulai melihat kenyataan yang perlu direnungkan bersama: beberapa penerima beasiswa justru menunjukkan penurunan motivasi, semakin jarang hadir, dan bahkan terkesan tidak menghargai amanah belajar yang mereka terima.

Ada yang mulai menjadikan status “gratis” sebagai alasan untuk bersikap seenaknya, malas berangkat, atau tidak menjaga adab saat mengaji. Padahal dalam Islam, justru yang menerima keringanan seharusnya lebih menjaga semangat, lebih bersyukur, dan lebih sungguh-sungguh. Kami khawatir, jika pola ini terus dibiarkan, maka niat baik kami justru menumbuhkan sikap yang keliru—baik dari sisi anak maupun keluarganya.

Untuk itu, kami putuskan bahwa mulai tahun 2025 ini, TPQHM tidak lagi membuka program beasiswa baru. Namun dengan penuh komitmen, kami tegaskan bahwa bagi santri yang saat ini masih menerima beasiswa, program tersebut akan tetap kami lanjutkan hingga waktu yang telah disepakati bersama. Mereka tetap akan kami dampingi dan bimbing, sembari kami evaluasi secara berkala agar bantuan tersebut benar-benar menjadi manfaat dan keberkahan.

Kami mohon dengan sangat, jangan salah artikan keputusan ini. Ini bukan berarti TPQHM menutup pintu bagi kaum dhuafa, bukan pula bentuk keengganan untuk menolong. Justru ini adalah bentuk tanggung jawab kami dalam mendidik dengan bijak. Kami ingin menumbuhkan rasa tanggung jawab, bukan rasa bergantung. Kami ingin para santri hadir ke TPQ karena cinta dan semangat belajar, bukan karena gratis atau dimudahkan secara sepihak.

Kami juga mengajak para wali santri dan masyarakat untuk bersama-sama merenungkan: mendidik anak mengaji adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya guru di TPQ. Walaupun nilainya kecil, partisipasi orang tua dalam bentuk iuran, dukungan, atau bahkan hanya dengan mengantar dan menyemangati anak-anak mengaji setiap hari, sangatlah besar pengaruhnya bagi kesuksesan pendidikan agama mereka.

Kami tetap terbuka untuk bentuk kerja sama dan bantuan sosial yang bijaksana, misalnya dalam bentuk dana kebaikan atau program gotong royong dari wali santri untuk membantu sesama. Namun, semua itu harus berbasis pada semangat keadilan, tanggung jawab, dan saling menghormati.

Ya Allah, ajarkan kami untuk memberi dengan bijak, bukan hanya dengan iba. Bimbing kami agar tetap menebar manfaat tanpa melahirkan ketergantungan. Jadikanlah TPQHM ini rumah ilmu yang dihormati, tempat yang dicintai, dan taman Al-Qur’an yang penuh keberkahan. Aamiin.