Di Taman Pendidikan Al-Qur’an Hidayatul Mubtadi’ien (TPQHM), kami percaya bahwa setiap anak adalah permata yang sedang diasah. Bahkan mereka yang belum bisa membaca sama sekali, tetap kami ajak untuk mulai menghafal Al-Qur’an. Bukan dengan memaksa, tapi dengan cinta, kesabaran, dan metode yang kami sebut: Metode Jibril.
Apa Itu Metode Jibril?
Metode Jibril adalah cara unik kami dalam menanam hafalan ayat suci Al-Qur’an pada anak-anak, bahkan sejak mereka belum mengenal huruf hijaiyah. Terinspirasi dari cara Malaikat Jibril mengajarkan wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis), kami yakin bahwa kemampuan bukan syarat utama untuk memulai hafalan. Yang terpenting adalah kemauan, bimbingan yang istiqamah, dan suasana yang menyenangkan.
Bagaimana Metode Ini Dilakukan?
Kami memulai dengan yang paling dasar:
-
Per huruf: Anak-anak dikenalkan pada suara huruf satu per satu.
-
Per kata: Setelah huruf dikenali, kami latih mereka mengucapkan kata demi kata.
-
Per kalimat/ayat: Lalu dilanjutkan dengan pengucapan kalimat atau ayat secara lengkap.
Semua dilakukan berulang-ulang secara istiqamah (konsisten) setiap hari, baik di waktu belajar resmi maupun dalam momen keseharian. Kami tidak membebani anak-anak dengan target yang berat, tetapi membangun kecintaan dan kebiasaan.
Hafal Tanpa Disadari
Uniknya, meskipun banyak dari mereka belum bisa membaca, anak-anak justru lebih cepat hafal karena mendengar dan mengulang terus-menerus. Seperti itulah dahulu Al-Qur’an diturunkan – dari langit melalui lisan Malaikat Jibril ke telinga Nabi Muhammad ﷺ. Inilah yang kami jadikan spirit dari metode ini: menghidupkan tradisi lisan dan menghidupkan kembali semangat kenabian dalam mendidik generasi Qur’ani.
Mengapa Ini Penting?
Di era digital ini, tantangan bagi generasi muda semakin kompleks. Gadget, game, dan tontonan menjadi makanan sehari-hari. Maka, hafalan Al-Qur’an bukan sekadar proyek belajar, tetapi sebuah tameng spiritual dan kecintaan kepada kalamullah. Metode Jibril adalah jembatan bagi anak-anak zaman sekarang agar tetap terhubung dengan firman Allah, meski mereka belum mampu membaca Al-Qur’an secara formal.
Kami di TPQHM tidak mencari kecepatan, tapi keberkahan. Tidak sekadar ingin anak-anak hafal, tapi mencintai hafalan itu. Dan kami yakin, sebagaimana Nabi Muhammad ﷺ bisa membaca dan menghafal wahyu karena Jibril, maka anak-anak kita pun bisa, jika kita hadir menjadi 'Jibril' kecil di kehidupan mereka — penuh kasih, sabar, dan istiqamah.
Mari bangun generasi Qur’ani dari sekarang, dari rumah kita, dengan cinta.