Awal Perjalanan, Bukan Titik Akhir

 

TPQHM

Juz 30: Awal Perjalanan, Bukan Titik Akhir

Alhamdulillah, tak henti kami bersyukur atas nikmat Allah yang begitu besar. Salah satunya adalah ketika menyaksikan para santri TPQHM mampu menyelesaikan hafalan Juz 30 dan diwisuda dengan penuh kebanggaan. Sebuah capaian yang tentu patut diapresiasi. Namun, di balik itu semua, ada hal yang perlu kita renungkan bersama — bahwa hafal Juz 30 bukanlah garis akhir dalam belajar Al-Qur’an, melainkan baru permulaan dari perjalanan panjang yang mulia.

Kami memahami, setelah wisuda, sebagian santri mulai berkurang semangatnya untuk datang mengaji. Bahkan ada yang merasa cukup dengan hafalannya, lalu memilih berhenti. Mungkin karena merasa sudah mencapai "target". Padahal, hafalan Juz 30 hanyalah satu bagian kecil dari belajar Al-Qur’an. Menghafal itu penting, tapi kelancaran membaca dan memahami kandungan Al-Qur’an jauh lebih penting.

Anak-anak yang kami cintai, orang tua kalian menyekolahkan ke TPQ bukan semata untuk bisa tampil di wisuda, bukan pula hanya demi piagam hafalan. Mereka berharap kalian bisa terus tumbuh menjadi pribadi yang akrab dengan Al-Qur’an — membacanya dengan tartil, memahami maknanya, dan mengamalkannya sepanjang hidup. Maka jangan berhenti hanya karena merasa "sudah hafal". Hafalan bukanlah jaminan kelancaran. Banyak yang hafal, tapi belum lancar membaca. Banyak pula yang bisa membaca, tapi belum mengerti apa yang dibaca. Maka mari terus belajar, jangan berhenti.

Untuk adik-adik santri yang sedang berjuang menghafal, semangatlah! Hafalan Juz 30 adalah permulaan yang indah. Tapi ingat, jangan sampai setelah wisuda, semangatnya padam. Jangan salah mengerti: wisuda bukan akhir dari ngaji, tapi justru langkah awal untuk naik ke tahap yang lebih tinggi. Hafal Juz 30 belum berarti hafal 30 Juz. Jangan buru-buru merasa selesai, padahal baru memulai.

Dan bagi orang tua yang kami hormati, kami mohon bantu kami menjaga semangat anak-anak. Wisuda bukan saatnya melepaskan, tapi justru saat yang tepat untuk lebih dekat mendampingi mereka menapaki tangga-tangga ilmu berikutnya. Bersama kita jaga dan rawat cinta anak-anak kita terhadap Al-Qur’an, agar tidak pudar hanya karena merasa sudah cukup.

Mari kita niatkan kembali: belajar Al-Qur’an adalah perjalanan seumur hidup. Bukan karena ingin diakui orang, tapi karena ingin dekat dengan Allah.

Semoga Allah istiqomahkan langkah kita, dan generasi Qur’ani benar-benar lahir dari rumah dan madrasah kita. Aamiin.