Ketika Anak Malas Ngaji

 

Ketika Anak Malas Ngaji: Nasehat untuk Wali Santri TPQ

Mengantarkan anak menjadi pecinta Al-Qur’an bukan perkara instan. Seperti menanam pohon, ia butuh waktu, perhatian, dan kesabaran. Tidak semua anak menunjukkan semangat langsung dalam mengaji. Kadang, ada fase di mana semangat itu turun, bahkan terlihat malas atau enggan berangkat ke TPQ. Lalu bagaimana seharusnya sikap orang tua atau wali santri?

1. Jangan Langsung Memarahi, Tapi Ajak Berdialog

Saat anak malas ngaji, jangan buru-buru marah. Bisa jadi ada sebab-sebab yang belum terungkap:

  • Apakah ia merasa kesulitan mengikuti pelajaran?

  • Apakah ada teman yang membuatnya tidak nyaman?

  • Apakah ia lelah karena aktivitas sekolah?

Cobalah untuk duduk bersama anak dan ajak bicara dari hati ke hati. Tanyakan dengan lembut: "Apa yang membuatmu tidak semangat ngaji hari ini, Nak?"

2. Bangun Suasana Rumah yang Mencintai Al-Qur’an

Orang tua adalah teladan pertama anak. Bila di rumah anak sering mendengar lantunan Al-Qur’an, melihat orang tuanya membaca atau mengaji, maka akan tumbuh rasa cinta yang alami. Jadikan Al-Qur’an bagian dari kehidupan keluarga: dibaca sebelum tidur, didengarkan saat santai, atau bahkan dijadikan latar suasana di rumah.

3. Beri Apresiasi, Jangan Hanya Tuntutan

Seringkali anak merasa mengaji itu beban, bukan kebutuhan. Salah satu sebabnya adalah karena mereka hanya dimarahi saat salah, tapi jarang diapresiasi saat berusaha. Cobalah beri pujian saat anak hafal satu surat pendek. Beri pelukan ketika ia berhasil shalat tanpa disuruh. Apresiasi kecil seperti ini akan membuatnya merasa dihargai dan termotivasi.

4. Bangun Rutinitas, Bukan Paksaan

Menjadikan ngaji sebagai rutinitas bukan berarti memaksa. Buatlah waktu khusus yang tetap setiap hari, walau hanya 5–10 menit di rumah untuk murajaah atau membaca surat pendek. Anak yang terbiasa akan merasa ngaji itu bagian dari aktivitas hariannya, bukan sesuatu yang berat.

5. Bersinergi dengan Ustadz/Ustadzah TPQ

Komunikasi antara wali santri dan ustadz/ustadzah sangat penting. Sampaikan jika anak sedang mengalami kendala semangat. Mintalah masukan dan strategi bersama. Dengan sinergi ini, pembinaan anak akan lebih utuh dan saling melengkapi, antara rumah dan TPQ.

6. Doakan Anak dengan Sungguh-Sungguh

Jangan remehkan kekuatan doa. Di balik anak yang mencintai Al-Qur’an, sering ada orang tua yang tidak putus-putus memanjatkan doa. Mintalah kepada Allah:

“Ya Allah, jadikan anakku penyejuk mata dan cinta pada Al-Qur’an.”

Karena hidayah dan semangat itu sejatinya milik Allah. Tugas kita sebagai orang tua adalah terus berusaha, mendoakan, dan menemani prosesnya.

Penutup

Mengaji bukan sekadar belajar membaca huruf hijaiyah. Lebih dari itu, ia adalah ikhtiar membentuk jiwa dan akhlak anak dengan cahaya Al-Qur’an. Jika saat ini mereka tampak malas, jangan berkecil hati. Justru inilah waktunya untuk hadir lebih dekat: dengan kasih sayang, dengan keteladanan, dan dengan ketekunan.

Semoga putra-putri kita kelak tumbuh menjadi generasi Qur’ani, penyejuk mata, kebanggaan keluarga, dan penerang umat. Aamiin.