10 Kata-Kata Gus Baha' yang Penuh Hikmah

kutipan-kutipan Gus Baha' yang penuh hikmah, disertai dengan penjelasan yang lebih panjang agar dapat lebih memahami makna dan pesan yang terkandung di dalamnya:

1. "Orang itu kalau rajin ibadah jangan sombong. Karena bisa jadi ibadahmu itu karena Allah menutup aibmu, bukan karena kamu orang baik."

Kutipan ini mengingatkan kita bahwa ibadah yang kita lakukan, meskipun tampak banyak dan rutin, tidak menjamin bahwa kita adalah orang yang lebih baik dari orang lain. Kadang-kadang, ibadah kita bisa jadi adalah cara Allah menutupi kekurangan dan aib kita, bukan karena kita memang orang baik. Sering kali, kita merasa bangga atau sombong dengan amalan ibadah yang kita lakukan, tanpa menyadari bahwa mungkin amalan tersebut hanyalah cara Allah agar kita tidak terlihat buruk di mata orang lain. Dengan kata lain, kita tidak boleh merasa sombong dengan apa yang telah kita lakukan karena apapun yang kita capai, baik itu ibadah atau pencapaian lainnya, adalah karena kemurahan Allah semata. Oleh karena itu, kita harus tetap rendah hati dan selalu bersyukur.

2. "Ilmu itu untuk memperbaiki akhlak, bukan untuk merasa paling benar."

Kutipan ini mengingatkan kita bahwa tujuan utama dari ilmu bukanlah untuk menunjukkan siapa yang lebih benar atau lebih pintar. Ilmu harusnya membawa kita pada perbaikan diri, terutama dalam aspek akhlak dan perilaku kita. Dalam banyak kasus, orang yang merasa lebih pintar atau lebih tahu sering kali justru menunjukkan sikap sombong dan merasa superior terhadap orang lain. Padahal, ilmu yang sesungguhnya adalah ilmu yang bisa membuat kita lebih baik dalam hal akhlak, bukan yang membuat kita merasa lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan orang lain. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendorong kita untuk lebih bijaksana, lebih sabar, dan lebih tawadhu. Oleh karena itu, seseorang yang berilmu harusnya bisa menjadi lebih rendah hati, bukan lebih sombong.

3. "Kalau hidup hanya untuk kaya, itu terlalu remeh untuk tujuan hidup manusia. Jadilah orang yang bermanfaat."

Kutipan ini mengingatkan kita bahwa tujuan hidup tidak seharusnya hanya berfokus pada materi atau kekayaan duniawi. Memang, kaya bisa menjadi salah satu tujuan yang sah, tetapi jika itu adalah satu-satunya tujuan hidup, maka hidup akan terasa kosong dan tidak bermakna. Seorang Muslim diajarkan untuk mencari keuntungan dunia dan akhirat, namun dalam prosesnya, kita juga harus memikirkan bagaimana kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Kaya yang sesungguhnya adalah kaya hati, yaitu ketika kita bisa memberi, berbagi, dan memberi manfaat kepada orang-orang di sekitar kita. Kehidupan yang bermakna adalah ketika kita mampu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, baik itu melalui ilmu, harta, atau kebaikan kita.

4. "Jangan pernah merasa paling benar. Karena kebenaran sejati hanya milik Allah."

Salah satu sikap yang seringkali muncul pada manusia adalah perasaan bahwa diri mereka selalu benar dan orang lain salah. Namun, menurut Gus Baha', kita harus selalu ingat bahwa kebenaran sejati hanya milik Allah. Manusia adalah makhluk yang terbatas dan penuh kekurangan, sehingga tidak ada satupun dari kita yang bisa mengklaim bahwa kita selalu benar. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita terjebak dalam ego dan kebanggaan atas apa yang kita anggap sebagai kebenaran. Namun, kita harus selalu bersikap rendah hati dan terbuka terhadap pendapat serta pemikiran orang lain. Kebenaran absolut hanya ada pada Allah, sementara kita hanya bisa berusaha mendekati kebenaran tersebut dengan pengetahuan dan pemahaman yang terbatas.

5. "Kebodohan yang disadari itu lebih baik daripada kepintaran yang membuat sombong."

Kutipan ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesadaran diri. Seseorang yang sadar bahwa dirinya kurang pengetahuan atau bodoh akan lebih mudah untuk belajar dan berkembang. Sebaliknya, seseorang yang merasa pintar dan tidak pernah merasakan kebodohan seringkali terjebak dalam kesombongan dan enggan untuk menerima kritik atau belajar hal baru. Gus Baha' ingin mengingatkan kita bahwa kebodohan yang disadari adalah langkah pertama menuju pencerahan. Ketika kita menyadari keterbatasan diri, kita akan lebih terbuka untuk belajar dan berkembang. Namun, jika kita merasa sudah pintar dan tidak mau mengakui kekurangan diri, maka kita akan terperangkap dalam kebodohan yang lebih besar, yaitu kesombongan.

6. "Belajarlah agama dengan gembira, jangan merasa terbebani. Karena agama itu membawa rahmat, bukan beban."

Salah satu prinsip penting dalam agama adalah menjadikan ibadah dan ajaran agama sebagai hal yang membawa kebahagiaan dan kedamaian. Agama, dalam hal ini, bukanlah sesuatu yang harus kita jalani dengan rasa terpaksa atau beban. Justru, agama adalah rahmat dari Allah yang seharusnya membawa kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup kita. Ketika kita belajar agama dengan penuh kegembiraan, kita akan merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Belajar agama seharusnya memberi ketenangan hati dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah dan sesama. Jangan jadikan agama sebagai sesuatu yang memberatkan, tapi anggaplah itu sebagai anugerah dan petunjuk hidup yang memberikan kita kedamaian.

7. "Jangan takut miskin, takutlah ketika hidupmu tidak berguna bagi orang lain."

Kutipan ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu fokus pada kekayaan materi atau ketakutan akan kemiskinan. Sering kali, kita terjebak dalam rasa takut akan kekurangan harta dan hidup dalam kecemasan. Namun, yang lebih penting menurut Gus Baha' adalah apakah hidup kita memberikan manfaat bagi orang lain. Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup hanya untuk diri sendiri. Kehidupan yang bermakna adalah ketika kita bisa memberi manfaat kepada orang lain, baik itu melalui ilmu, harta, atau kebaikan hati. Miskin atau kaya bukanlah ukuran sejati dari kesuksesan hidup, tetapi seberapa besar kita bisa berguna bagi orang lain adalah ukuran sejati dari kebahagiaan dan kesuksesan.

8. "Kalau kamu benar, jangan takut. Kalau kamu salah, belajarlah untuk memperbaiki."

Kutipan ini mengajarkan kita untuk memiliki keberanian untuk tetap teguh pada kebenaran dan tidak takut untuk mengakui kesalahan. Ketika kita tahu bahwa kita benar, kita harus berdiri teguh dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Sebaliknya, ketika kita salah, kita harus siap untuk mengakui kesalahan tersebut dan berusaha memperbaikinya. Dalam hidup ini, tidak ada orang yang sempurna. Kita semua pasti pernah salah, namun yang terpenting adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha untuk menjadi lebih baik di masa depan.

9. "Cinta yang benar itu membawa kamu mendekat kepada Allah, bukan menjauh dari-Nya."

Cinta adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada umat manusia. Namun, sering kali cinta bisa membawa kita pada hal-hal yang negatif jika tidak dikelola dengan baik. Cinta yang benar adalah cinta yang mendekatkan kita kepada Allah, bukan menjauhkan kita dari-Nya. Cinta yang sehat adalah cinta yang memotivasi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan-Nya. Cinta yang mengarah pada perbuatan yang baik, seperti menuntut ilmu, membantu sesama, dan menjalankan kewajiban agama, adalah cinta yang sejati. Sebaliknya, cinta yang mengarah pada perbuatan yang merugikan atau melanggar hukum Allah justru akan menjauhkan kita dari-Nya.

10. "Orang baik itu bukan yang banyak ibadahnya, tapi yang kehadirannya membawa manfaat dan ketenangan bagi sekitarnya."

Kutipan ini menyadarkan kita bahwa kualitas seseorang bukanlah diukur dari seberapa banyak ibadah yang dia lakukan, tetapi dari seberapa besar manfaat yang dia berikan kepada orang lain. Seorang yang baik adalah orang yang kehadirannya membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi lingkungan sekitarnya. Ibadah yang banyak tanpa disertai dengan sikap yang baik terhadap orang lain bisa jadi tidak memberikan dampak yang berarti. Sebaliknya, seseorang yang memiliki akhlak yang baik, penuh kasih sayang, dan selalu memberikan manfaat kepada sesama, meskipun mungkin ibadahnya tidak sebanyak orang lain, tetap dianggap sebagai orang yang baik di mata Allah.